Rabu, 18 Juli 2012

Kondisi Atau Aspek Lain


  Kondisi Atau Aspek Lain
1.     Kelembagaan Masyarakat
2.     Kultur, kondisi sosial
3.     Pemerintahan
4.    Aspek kekotaan
Perkembangan Kecamatan Randublatung bermula pada saat ada seseorang yang menemukan pohon randu di suatu daerah. Penemuan tersebut terjadi pada saat sedang beristirahat pada pengelanaan yang dilakukan. Tempat tersebut ingin dijadikannya sebagai daerah baru bagi perkampungan baru yang dihuni penduduk. Perkembangan Kecamatan Randublatung dimulai sejak jalan Randublatung-Cepu dijadikan sebagai jalur alternative yang menghubungkan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Seiring berjalannya waktu, jalur ini pun semakin ramai dan secara langsung berdampak pada perkembangan desa atau kelurahan yang dilalui oleh jalur tersebut.
                Perkembangan ativitas di Kecamtan Randublatung semakin meningkat dan bervariasi. Tercermin dengan semakin banyaknya jumlah fasilitas dan juga bertambahnya jumlah penduduk. Hal ini mengindikasikan bahwa Kecamtan Randublatung sudah lebih bersifat kota. Dapat dilihat antara lain menggunakan metode perhitungan kepadatan penduduk dan metode traffic counting. Kepadatan penduduk total Kecamatan Randublatung adalah 3,5035 jiwa/km2, sedangkan Kabupaten Blora secara keseluruhan kepadatan penduduk adalah  471,7564 jiwa/km2. Dapat diartikan bahwa ciri tingkat kekotaan di Kecamtan Randublatung cukup tinggi, karena berada pada urutan kelima dari 16 kecamatan di Kabupaten Blora.
                Adanya keberagaman aktivitas kekotaan di Kecamtan Randublatung dapat menggambarkan secara nyata bahwa terjadi suatu perkembangan dan perubahan. Perkembangan dan perubahan tersebut membuat suatu daerah memiliki suatu mobilisasi tertentu, tercermin dari mobilisasi yang terjadi. Salah satu metode yang digunakan untuk mencerminkan hal tersebut dapat dilakukan dengan cara traffic counting.
                Traffic counting yang dilakukan dibagi menjadi dua daerah amatan, yaitu Jalan Randublatung-Cepu dan salah satu ruas jalan di Desa Sambongwangan. Pemilihan daerah ini didasarkan pada aktivitas yang ada di kedua jalan tersebut berbeda, sehingga dapat mewakilkan dari semua ruas jalan di Kecamatan Randublatung yang memiliki karakteristik serupa. Jalan Randublatung-Cepu dengan dengan lebar jalan 7 meter mewakili daerah dengan aktivitas padat-sedang. Sedangkan pada ruas jalan lingkungan di Desa Sambongwangan yang memiliki lebar jalan ± 250 cm mewakili daerah dengan aktivitas lengang.
                Hasil yang didapat adalah Jalan Randublatung-Cepu dapat memiliki tingkat mobilisasi yang tinggi dibanding dengan ruas jalan lingkungan di Desa Sambongwangan. Mobilisasi terjadi paling tinggi pada waktu pagi hari, pukul 07.30-08.30. Hal ini disebabkan oleh aktivitas seperti sekolah dan pegawai negeri beraktivitas pada pagi hari. Sedangkan pada ruas jalan lingkungan di Desa Sambongwangan yang memiliki mobilisasi tertinggi pada pukul 16.00-17.00. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa Kecamatan Randublatung memiliki ciri kekotaan dengan adanya perkembangan aktivitas perkotaan. Secara lebih spesifik, ciri kekotaan lebih terlihat berada pada Jalan Randublatung-Cepu. Hal ini berimbas pada daerah yang ada disekitar jalan tersebut, yaitu perkembangannya dari segi aspek infrastruktur hingga aspek perekonomian memiliki kondisi yang lebih baik dari segi kualitas dan juga kuantitas. Daerah yang berada disekitar Jalan Randublatung-Cepu antara lain adalah Desa Pilang, Kelurahan Wulung, Kelurahan Randublatung, dan Desa Kutukan. Terbukti pada beberapa penjelasan tiap aspek yang sudah disebutkan sebelumnya, desa atau kelurahan tersebut berada pada tingkat tertinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar